Begitu mendengar kata demam maka yang terlintas pertama adalah covid19, rasa was-was kalau terserang virus penyebab pandemik di seluruh belahan bumi ini. Belum tahu kapan kata demam tidak terkait covid19 lagi.
Ternyata di kondisi pandemi ini, demam bukan hanya milik penyakit saja, muncul demam akan bunga hias keluarga monstera dilanjut dengan demam sepeda, gowes sepeda mewabah di seluruh tanah air. Kondisi ini membuat komoditas bunga hias dan sepeda melejit dak karu-karuan. Padahal kondisi ekonomi lagi carut marut efek dari pandemi. Apa yang menyebabkan begitu mudahnya manusia tergoda akan tren suatu produk? Terutama di Indonesia! Tren gowes di Indonesia membuat orang-orang di belahan bumi lain keheranan, orang Indonesia berburu sepeda dengan harga berapapun dibeli! Edan ndak? Benar-benar diluar nalar! Begitu juga dengan bunga hias, semua terbawa oleh tren bunga hias, efek kegilaan pemilik nursery hunting bunga di negara lain, dibawa ke Indonesia, diperbanyak, konsumen yang terbawa emosi akan mengikuti mtren marketing yang diciptakan. Mirip fashion juga pakaian, sepatu dan tas juga!
Apa yang melatar belakangi hingga tren-tren ini berpengaruh hingga ke daerah dan membuat orang membabi buta membeli produknya dimasa sulit pandemi? Efek jiwa sosial yang terkungkung selama pandemi. Pada dasarnya orang Indonesia senang bersosialisasi disemua kesempatan, di lingkungan rumah, tempat kerja, teman sekolah dan komunitasnya. Begitu terjadi pembatasan pergerakan bersosial, beralih semua dengan bersosialisasi lewat daring. Begitu isu tren dihembuskan maka dalam hitungan detik menggulung konsumen seperti bola salju, dengan efek yang berbeda-beda yang akan dirasakan oleh setiap pelakunya. Yang sama, rasa senang karena merasa sama dengan temannya!
Kondisi lemahnya perekonomian global akan memakan waktu yang cukup lama. Hanya ada kata, bijak berlaku mengikuti kondisi dan sabar. Tak ada yang salah jika tidak harus mengikuti tren yang sedang bergulir. Bertanya pada diri sendiri, perlukah dengan barang-barang tersebut. Timbang dengan bijak agar tak terjebak dengan tren.
2 Replies to “Demam di Masa Pandemi”
Waahh Ibu ngeblog 😍😍😍
Sudah lama dech mam, tapi suka dak di maintain, jadinya hangus..